Ketika
menjalin hubungan dengan pria, tentu wanita tak ingin statusnya digantung
begitu saja. Apakah dianggap sebagai kekasih atau hanya teman biasa. Begitu
juga yang saya alami dulu dengan mantan kekasih. Pertama bertemu secara tak
sengaja kami duduk sebangku di dalam bus Medan-Yogya. Waktu itu tiba tiba-tiba pria yang duduk disebelah saya menawarkan jaketnya
ketika saya kedinginan karena jaket tertinggal di rumah. Rupanya dia tahu saya
tak tahan dingin. Itulah awal perkenalan kami. Setelah itu, kami saling
bertukar cerita dan menjadi akrab. Disusul saling bertukar alamat sebelum turun
dari bus.
Hubungan kami pun
berlanjut hanya lewat surat karena waktu itu belum ada Handphone seperti
sekarang. Kebetulan saat itu saya tinggal di asrama wanita dan tidak bebas
keluar tanpa izin. Namun saat surat ketiga tak mendapatkan balasan, saya pun tak
lagi berharap lebih jauh dengan status hubungan kami. Akh, mungkin saya hanya
dianggap adik olehnya tak lebih. Namun begitu keluar dari asrama dan melanjutkan
pendidikan ke universitas, saya masih saja mengingat pria yang pernah
meminjamkan jaketnya itu. Pria yang kuliah di fakultas UGM jurusan tekhnik
elektro tersebut, ternyata mampu mencuri hati saya dengan sikapnya yang
sederhana, perhatian dan cool itu.
Entah darimana, tiba
tiba muncullah inisiatif itu. Inisiatif untuk mendatangi kostnya demi mencari
kepastian. Berbekal alamat kostnya di jalan kaliurang, saya pun #BeraniLebih
berinisiatif , meskipun saya wanita. Demi mencari tahu apakah dia benar benar
serius atau hanya menganggap saya adiknya. Meskipun ada rasa takut bila
ternyata harapan saya tak sesuai yang saya inginkan. Jawaban yang saya dapatkan
jelas ada dua yaitu diterima atau ditolak sebagai kekasih. Tapi saya tak gentar
demi kepastian hubungan agar saya tak lagi berharap lebih bila ternyata hanya
dianggap adik.
Ternyata jawaban yang
saya dapatkan sesuai keinginan saya. Lelaki yang saya taksir rupanya juga
menaruh hati. Bahkan sejak pertama kali bertemu di dalam bus. Saya pun bersorak
girang di dalam hati. Coba kalau saya tidak berinisiatif menanyakan duluan,
tentu hubungan kami terus menggantung karena ternyata kekasih saya juga menganggap saya telah
melupakannya karena tak lagi membalas surat-suratnya. Selidik punya selidik
rupanya surat yang dia kirimkan ke asrama tidak pernah nyampe ke saya karena
selalu di sensor ama pamong asrama. Owalah....
Tak hanya sampai disitu
hubungan kami diuji. Kala krismon melanda, kekasih saya memutuskan untuk mencari
kerja ke luar negeri bersama temannya. Kami pun menjalani hubungan jarak jauh
selama 3 tahun. Setiap saya tanya kapan pulang ke tanah air? Kekasih saya hanya mengatakan belum pasti
karena kondisi dan keadaannya yang belum memungkinkan untuk pulang ke
Indonesia. Lagi lagi saya tak ingin digantung hingga kembali #LebihBerani
berinisiatif untuk menantangnya agar melamar saya meskipun dari jauh. Sebagai
pertanda keseriusannya untuk menjadikan saya istrinya.
Tak disangka, tantangan
saya ia terima. Akhirnya kami pun menikah meskipun dari jarak jauh. Saya di
Medan dan dia di Auckland. Dimana adik
prianya bertindak sebagai wakil dirinya dalam mengucapkan ijab qobul. Alhamdulillah,
meskipun berjauhan kami sudah resmi menjadi suami isteri. Begitu dia pulang,
suami saya pun mencari pekerjaan di Jakarta.
Nama Fb : https://www.facebook.com/iir.harun
Twitter :
@irhayatiharun06