Baru-baru
ini kita dikejutkan oleh berita seorang ibu yang tega memutilasi anaknya.
Sontak para ibu bergumam kok tega? Anak adalah belahan jiwa yang seharusnya
disayang dan dilindungi. Tapi mengapa seorang ibu malah tega menyakiti anaknya
bahkan sampai membunuhnya? Lalu terbersit tanda tanya di pikiran kita apakah
ibu yang melakukan itu sadar atau karena menganut aliran tertentu? Atau karena
pengaruh bisikan-bisikan iblis sehingga ibu tersebut gelap mata?
Menurut penilaian saya, salah satu penyebab seorang ibu mudah depresi karena selama ini menganut aliran kebathinan! alias suka memendam perasaan sendiri dan berharap orang lain termasuk suaminya tahu tanpa diberitahu. Disini letak masalah besarnya! Karena saya sendiri pernah menganut aliran ini hingga pernah terserang depresi. Tapi sekarang sudah tobat memendam-mendam alias merasa gak enak ama suami, takut dibilang isteri yang suka mengeluh dsb. Apalagi ditambah tuntutan harus bisa menjadi isteri yang soleha. Ternyata prasangka saya selama ini salah. Padahal suami saya bukanlah peramal yang bisa menebak-nebak apa isi hati dan keinginan isterinya.
Menurut penilaian saya, salah satu penyebab seorang ibu mudah depresi karena selama ini menganut aliran kebathinan! alias suka memendam perasaan sendiri dan berharap orang lain termasuk suaminya tahu tanpa diberitahu. Disini letak masalah besarnya! Karena saya sendiri pernah menganut aliran ini hingga pernah terserang depresi. Tapi sekarang sudah tobat memendam-mendam alias merasa gak enak ama suami, takut dibilang isteri yang suka mengeluh dsb. Apalagi ditambah tuntutan harus bisa menjadi isteri yang soleha. Ternyata prasangka saya selama ini salah. Padahal suami saya bukanlah peramal yang bisa menebak-nebak apa isi hati dan keinginan isterinya.
Dalam
hubungan suami-istri, perasaan kurang berkenan terhadap pasangan
pasti pernah dirasakan. Biasanya perasaan itu berkaitan dengan
perilaku atau kebiasan buruk pasangan. Perbedaan karakter dan
kepribadian tidak jarang menimbulkan friksi, misalnya sang
istri memiliki sifat yang sensitif atau peka, sementara sang
suami seorang yang kasar dan cuek. Kesalahan suami-istri
ketika menghadapi perasaan tidak nyaman atas pasangan
masing-masing adalah memilih DIAM. Masing-masing hanya
memendam perasaan di dalam hati yang kemudian dikenal dengan
istilah “aliran kebatinan”. Padahal dalam pernikahan,
komunikasi yang baik sangat diperlukan, salah satunya dengan
mengungkapkan secara langsung tentang apa yang kita rasakan
kepada pasangan.
Ungkapan
atau keluhan yang kerap muncul di antara pasangan
penganut aliran kebatinan adalah,
“Harusnya
kan dia tahu apa yang saya pikirkan.” Atau,
“Daripada
ribut, mending saya diam saja.”
Jadi,
masing-masing tidak saling mengutarakan apa yang dipikirkan dan
dirasakan kepada pasangannya secara terbuka. Hal inilah yang
bisa memicu datangnya depresi, akibat harapan dan isi hati yang tidak
tersampaikan. Sehingga tak bisa terealisasi dan mendapat dukungan.
Sejatinya
setiap perasaan
butuh untuk diungkapkan, dieskspresikan, dikeluarkan, diakui,
dan dicarikan solusinya. Sebab dampak jangka panjang ketika
suami atau istri atau keduanya menganut aliran kebatinan dalam
berkomunikasi akan menyebabkan :
-
pasangan akan merasa kurang diperhatikan;
-
memadamkan keinginan pasangan untuk melakukan hal-hal positif, seperti
mengungkapkan rasa sayang, rasa terima kasih, bahkan rasa kekaguman terhadap
pasangan;
-
suasana dalam pernikahan akan semakin hambar dan dingin;
-
akan menjadi bom waktu akibat salah satu atau keduanya selalu mengalah dengan
memilih diam daripada ribut. Hingga memicu kebencian dan kemarahan terpendam
yang mengakibatkan anak-anak menjadi korban. Sebagaimana kasus banyaknya ibu
yang depresi lalu membunuh anak kandungnya sendiri akibat kelelahan fisik dan
psikis tanpa pemecahan. Penjelasan lebih detail tentang aliran kebathinan dan bagaimana berkomunikasi yang tepat ada dalam buku saya ini.
Sebagai
ibu, kita adalah jantung sebuah rumah. Jadi bagaimana seisi rumah bisa bahagia?
Bila ibunya tidak pernah merasakan bahagia. Untuk itulah perlunya keterbukaan
terhadap pasangan, agar bisa saling mengerti dan bekerjasama dalam membangun
sebuah keluarga.
Bagaimana bila setelah diutarakan pasangan tetap tidak ngeh
atau mengerti dan peka terhadap masalah kita? Disinilah perlunya cara yang
tepat kapan kita menyampaikan keluhan dan uneg-uneg yang terpendam. Misalnya
saat suami lagi santai atau relax. Bukan saat baru pulang kerja langsung
dibombardir dengan keluhan. Padahal suami masih capek dan butuh istirahat.
Kalau perlu, ajak suami pergi berdua entah nonton atau makan berdua saja.
Sehingga bisa lebih santai dan leluasa untuk berbicara. Titipkan anak sebentar
pada keluarga yang bisa dipercaya. Cara lain bisa dicoba sehabis berhubungan
intim, dimana pikiran suami sudah dalam keadaan benar-benar relax dan senang.
Jangan menunda-nunda lagi dengan alasan gengsi, males dsb demi keharmonisan
hubungan dan anak-anak. Kalau masih sulit juga, coba dengan menulis dalam bentuk surat. Mengapa tidak? karena komunikasi tidak hanya dalam bentuk verbal saja tapi juga nonverbal. Intinya jangan ada lagi jarak dan saling jaim diantara
kita (yaitu antara suami dan isteri) .
Semoga kita bisa selalu menjaga hubungan baik dengan suami ya mbak
BalasHapusamin ya mak ria :)
HapusBetul mba, akupun sedang menjalani untuk ungkapkan apapun ke suami :)
BalasHapusmak herva sebaiknya begitu sebelum terlambat
HapusMasalahnya memang ada di komunikasi suami istri ya
BalasHapusyoi mbak leyla ibarat mobil, rodanya ibarat komunikasi dlm sebuah hubungan agar bisa jalan
HapusSalam kenal mb..mak jleb dengan point "dari pada ribut mending saya diam" karena kadang utk menghindari ribut2 hal itu sering dilakukan..pdhl kadang ribut2 itu perlu ya..dlm rangka saling memahami dan menghindarkan hambatan komunikasi di kemudian hari...tulisan yang bagus...
BalasHapusBetul memang seharusnya saling terbuka satu sama lain. Itu idealnya. Tp terkadang ada hal2 tertentu yg membuat suami/istri merasa lebih baik diam seribu bahasa. Utk menghindari depresi, coba adukan semua yg afa di hati pada Allah. Keluarkan semua uneg2 sampai nangis2 sekalian. Percayalah bahwaAllah ada di dekat kita. Mel8hat dan mendengarkan kita. Kalau kita percaya, insyaAllah hati jd plong. Pikiran tenang dan terang. Dan semoga jadi tethindar dr depresi
BalasHapusMohon maaf bukannya ingin menggurui. Hanya sekedar berbagi karena sy pernah ada di posisi itu😊
BalasHapussetuju mama rita jgn lupakan juga curhat pada sang pemilik jiwa kita yaitu Allah selain pada orang2 terdekat ya:)
Hapus