Belakangan
ini kembali marak kasus bunuh diri. Setelah artis-artis papan atas seperti
Tommy Page dan penyanyi asal Korea, masyarakat kembali digemparkan oleh berita
bunuh diri seorang ibu yang nyaris tewas karena meminum obat nyamuk cair.
Tragisnya, itu ia lakukan setelah membunuh ketiga anaknya terlebih dahulu.
Pertanyaannya, mengapa begitu mudahnya manusia jaman sekarang nekad menghabisi
nyawanya sendiri? Seolah bunuh diri sudah menjadi berita gaya hidup dijaman modern
ini. Tak salah, karena begitu ada yang bunuh diri, beritanya langsung viral,
hingga bisa menjadi contoh yang tidak baik.
http://www.tribunnews.com
Ternyata
kasus bunuh diri juga marak terjadi di Jepang, negeri yang terkenal dengan
disiplin dan kemajuan teknologinya. Artinya bunuh diri tidak hanya dijalani
oleh orang awam, tapi juga oleh orang yang memiliki kecerdasan tinggi seperti
di Jepang. Hanya saja kalau di Indonesia bunuh diri bisa terjadi kapan saja,
sedangkan di Jepang lebih sering terjadi pada musim tertentu yaitu disaat musim
semi. Dimana cuaca mulai menghangat dan bunga sakura sedang mekar-mekarnya
dengan indah. Kok bisa?
Di musim yang seharusnya membuat warga Jepang lebih
merasa bahagia dan ceria dengan pergantian musim dari cuaca dingin ke hangat.
Setelah ditelisik, penyebabnya karena musim semi yang terjadi di awal Maret
atau April adalah musim dimana dimulainya tahun ajaran baru sekolah dan awal
masuk kerja setelah libur musim dingin. Artinya di awal musim inilah, para
siswa yang tadinya sudah belajar mati-matian sampai di les kan oleh orang
tuanya sepulang sekolah menerima hasilnya. Apakah berhasil lulus dan masuk
sekolah favorit sesuai tuntutan dari orang tuanya. Bila gagal alias tidak
lulus, siswa banyak yang kecewa hingga merasa malu dan tak berguna. Lalu
mengambil jalan pintas dengan gantung diri atau menabrakkan diri ke kereta yang
sedang melintas. Tragis memang.
https://lifestyle.sindonews.com
Begitu juga para karyawan yang nasibnya di
tentukan di awal musim ini, apakah kinerjanya bagus atau menurun. Bila buruk
maka banyak yang tidak siap di mutasi ke cabang lain, bahkan terancam PHK. Rasa
malu pada keluarga dan merasa tidak berharga bila dikeluarkan dan dipindahkan
kerja, membuat mereka juga nekad bunuh diri. Perilaku menghabisi diri sendiri
seperti bunuh diri bila gagal, seolah
sudah menjadi berita gaya hidup yang menular di Jepang.