Sedari kecil
anakku Alisha (10 thn) mudah sekali sakit batuk dan demam. Minum es sedikit,
langsung tenggorokannya meradang disertai panas tinggi. Atau ketika jajan
sembarangan terutama makanan yang gurih, pasti langsung batuk dan meriang.
Akibatnya, jadi sering bolak-balik ke dokter dan harus minum antibiotik. Kasian
juga sekaligus khawatir kalau sering-sering minum antibiotik. Ternyata setelah
beberapa kali berobat, akhirnya ditemukanlah bahwa anakku memiliki amandel.
Pantangannya sudah pasti jangan minum es dan makanan yang gurih-gurih. Padahal
Alisha suka banget minum es krim. Saya rasa semua anak pasti suka es krim, jadi
saya tidak tega melarangnya terus minum es krim.
Tadinya sempat nangis dan menolak gak mau di infus
Setelah
beberapa kali kumat amandelnya, oleh dokter menganjurkan operasi bila dalam
jangka waktu dekat kambuh lagi. Mendengar kata operasi, saya pun sedikit takut
dan ngeri. Membayangkan Alisha yang masih kecil dan badannya juga kecil
(keturunan emaknya kalau ini mahJ) harus dibedah
dengan pisau operasi. Jadi merinding saya membayangkannya. Walaupun setelah
banyak bertanya pada teman yang anak dan keponakannya juga pernah operasi
amandel dan baik-baik saja, tetap saja saya masih gemetaran membayangkan Alisha
harus berada di meja operasi. Kalaupun harus operasi, saya ingin menunggu
Alisha agak besar dulu yaitu ketika remaja.
Segala
usaha pun saya kerahkan agar amandel Alisha tidak muncul lagi atau setidaknya
mengecil. Sebab kata dokter amandelnya udah besar, ada dua buah lagi nangkring
di tenggorokan. Duh!....Sepertinya sakit amandel anakku keturunan dari ayahnya,
yang waktu kecil juga kena amandel dan sampai disuruh operasi. Salah satunya
dengan memantau jajannya dan membuatkannya perasan lemon yang dicampur air
hangat dan madu setiap harinya. Sebab katanya bisa mengobati batuk, sakit
tenggorokan dan amandel. Tapi ternyata kalau sudah besar amandelnya, cara ini
kurang ampuh. Jadi hanya sebagai pencegahan saja sebelum batuk atau amandel
membesar. Alisha pun kembali berobat karena lagi-lagi amandelnya kumat.
“Saya
kasih rujukan untuk operasi yah Bu,” jelas dokternya. Deg! Saya pun mati gaya
dan pulang dengan rasa cemas di hati. Menunggu saat hari operasi tiba.
Sebelumnya Alisha diberi obat dulu sampai sembuh sakit batuk demamnya akibat amandel.
Barulah beberapa hari kemudian kami pergi membawanya ke R.S Ummi di Bogor. Pagi
Alisha masuk ruangan kelas 2, lalu sehabis maghrib baru operasi akan
dilaksanakan. Begitu masuk kamar operasi, saya dan suami menunggu di luar
kurang lebih 1 jam sambil harap-harap cemas. Pikiran pun dipenuhi rasa
khawatir, bagaimana kalau Alisha anak kami yang masih kecil tidak bisa diajak kerjasama
selama operasi? Padahal begitu masuk setelah ditanyakan riwayat penyakit dan
alergi obat, Alisha langsung di bius umum. Jadi tidak sadar saat dioperasi.
Sebab bila dibius local, anaknya masih sadar. Takutnya malah berontak atau
menolak ketika dioperasi, jelas perawat. Barabe kan? Jelas berbeda ketika saya
menjalani operasi caesar ketika melahirkan Alisha, yang dibius tapi masih
sadar. Kami pun tak berhenti berdoa dan berzikir, agar operasi berjalan lancar.
WA Alisha yang bikin emaknya makin ketar-ketir:)
Drama
itu pun dimulai, ketika tak lama kemudian dokter memanggil salah satu dari kami
orangtuanya. Saya pun menganjurkan ayahnya saja yang masuk, sebab saya sendiri
masih diserang rasa takut, sambil bertanya-tanya dalam hati, ada apa ya? Apa
yang terjadi dengan Alisha di ruang operasi? Pikiran parno pun bermunculan,
membuat hati semakin tidak tenang. Ditambah lagi beberapa menit kemudian
terdengar suara tangis anak- anak dari kamar operasi. Saya kian gelisah dan
ingin tahu suara anak siapa itu yang nangis terus? Apa suara anak saya? Tapi kok
ayahnya belum keluar juga memberitahukan saya keadaan yang sebenarnya? Dan, begitu pintu kamar operasi dibuka, terlihatlah
Alisha meringkuk di kasur sambil menangis kejer-kejer sembari memanggil-manggil
“Mamaaaa,
Mamaaa, sambil tetap menangis.” Spontan saya menyelimutinya, agar tidak
kedinginan sembari membawanya kembali ke kamar bersama perawat dan ayahnya. Alhamdulillaah
setelah saya keloni dan usap-usap punggungnya selagi menangis, Alisha pun
tertidur juga. Hhhh! Legaaa melihatnya sudah selesai di operasi lalu mulai tenang
dan tertidur pulas. Ternyata keesokan harinya setelah saya tanya, Lisha mengaku
kalau sehabis operasi tenggorokannya sakit sekali, jadi dia pun nangis karena terkejut.
Ya iyalah batin saya, sebab sehabis di bedah oleh pisau, pasti nyeri. Saya pun
memeluknya dan memberi pujian bahwa Lisha anak yang hebat dan berani, karena
berhasil melewati rasa sakitnya, mulai dari disuntik infus dan hingga disuntik
saat ambil darah. Saya aja emaknya takut
di suntik hihihi… Akhirnya drama satu jam selama operasi dan satu jam
sesudah operasi berhasil terlewati dengan doa-doa dan rasa cemas tak keruan.
Tips singkat bagi yang anaknya akan
operasi amandel
1. Sebelum
operasi, pastikan badan anak sehat dan sudah fit.
2. Berikan
anak makan yang ia sukai dengan kenyang, karena 6 jam sebelum operasi harus
puasa
3. Kuatkan
mental anak bahwa operasi hanyalah tindakan yang tidak menakutkan, agar anak
tidak ciut nyalinya. Walau emaknya sendiri udah ciut dulu membayangkannya
4. Terakhir
yang juga penting dan lupa saya terapkan, jelaskan pada anak bahwa setelah
operasi dia akan merasakan sakit tapi hanya sebentar, agar anak tidak shok dan
terkejut sehabis operasi ketika obat biusnya hilang. Sebab suntikan anestesi atau obat penghilang
rasa sakit, baru bisa dilakukan ketika efek obat bius sudah hilang. Alias menunggu
anaknya sadar dulu dan merasakan sakitnya dengan wajar.
Alhamdulillah Alisha sudah bisa beraktifitas lagi
Tips
sesudah operasi amandel
1. Berikan
minuman dan makanan yang cair-cair dulu, karena tenggorokannya masih sakit dan
benang operasinya belum lepas. Seperti minuman yang dingin-dingin yaitu es krim
dan susu dingin. Bahkan minumnya juga harus yang dingin, demi mempermudah menghentikan
pendarahan. Jadi berbalikan saat masih sakit amandel, yang justru di larang
minum yang dingin.
2. Baru
setelah dua tiga hari makan bubur dan yang lembut-lembut dulu
3. Setelah
beberapa hari kemudian dilanjutkan dengan makan nasi tim, sebelum makan nasi
keras. Alisha setelah kontrol ke dokter yang kedua yaitu sepuluh hari kemudian
dihitung saat kontrol yang pertama, baru
bisa makan nasi. Alhamdulilah Alisha makin lahap makannya dan ngidamnya minta
nasi goreng. Semoga setelah operasi ini, Alisha makin berisi badannya, karena
sudah tidak sakit-sakit lagi gara-gara amandelnya sering kumat. Aminnn….