Masih banyak yang beranggapan bahwa kusta adalah penyakit kutukan. Mitos menyesatkan ini tentu membuat penderita kusta semakin dikucilkan. Hal inilah yang menjadikan banyak orang-orang yang ditengarai memiliki gejala kusta jadi sungkan untuk memeriksakan diri ke layanan kesehatan. Akibat minimnya informasi seputar penyakit ini. Padahal penyebab kusta adalah bakteri Mycobacterium Leprae yang bisa berkembang dimana saja, hewan maupun manusia (biasanya melalui jalur pernafasan). Adapun menurut WHO, Indonesia masih menduduki peringkat 3 penyakit kusta terbanyak di dunia setelah India dan Brasil
Sebenarnya Apa Sih Kusta Itu?
Kusta merupakan suatu penyakit kelainan kulit yang dapat menular. Walau prosentase untuk menularkannya pada orang lain sangat rendah. Namun bila penyakit ini tidak segera diobati, maka dampaknya tidak main-main kalau sudah parah, yaitu bisa menyebabkan cacat pada tubuh penderita. Umumnya yang di serang tangan, kaki dan mata. Serem sekali yah. Penularan kusta sendiri hanya bisa terjadi jika ada penderita yang belum sembuh atau tidak berobat lalu bersentuhan atau melakukan kontak dengan orang lain alias tidak berjarak. Sekilas memang mirip dengan penularan wabah covid-19. Untuk itu kita perlu mengenali gejala-gejalanya
Berikut Gejala Kusta
1. Muncul luka di daerah jari kaki maupun tangan
2. Otot semakin melemah
3. Muncul lesi atau keadaan jaringan yang abnormal pada tubuh yang berwarna pucat
4. Mata lebih terasa kering dan jarang berkedip
5. Terjadi gangguan pada area hidung.
Bila muncul gejala-gejala seperti yang disebutkan, maka segeralah ke puskesmas terdekat untuk berobat. Sebab jika kusta sudah menyerang sistem saraf, kita akan kehilangan sensasi rasa sakit alias mati rasa. Diikuti gejala hilangnya jari kaki maupun tangan. Dengan rajin dan rutin untuk memeriksakan diri ke layanan kesehatan, seperti puskesmas, dll, maka kusta dapat disembuhkan.
Pencegahan Kusta
Berhubung belum ada vaksin untuk mencegah kusta, maka penting untuk memperhatikan dan menjaga lingkungan sekitar agar tetap bersih yang di mulai dari diri kita sendiri. Sementara pemerintah dan lembaga non nirlaba sudah mulai melakukan gerakan terpadu dengan memberikan informasi serta penyuluhan kepada masyarakat, sekolah-sekolah dan daerah tertinggal.
Perlu diketahui bahwa penyakit kusta sendiri ada dua macam, yaitu kusta basah dan kering. Dimana kusta kering ditandai dengan bercak putih seperti panu, jumlahnya sedikit dan mati rasa. Sedangkan kusta basah, lebih banyak bercak dan berwarna kemerahan serta terjadi penebalan kulit. Untuk pemulihan kusta basah tentu lebih lama dari kusta kering.
Jadi jangan terlalu panik atau sebaliknya, menganggap remeh penyakit kusta. Jaga selalu imunitas tubuh dan kebersihan diri juga lingkungan, agar terhindar dari penyakit ini.
Selain tindakan pencegahan, kita juga bisa membantu untuk menghentikan penyebaran kusta, juga untuk mendorong OYPMK agar bisa hidup normal dengan cara sebagai berikut:
1. Sebaiknya memakai masker di tempat umum.
2. Usahakan Untuk Menjaga jarak dengan orang lain di tempat umum.
3. Aktif memberikan edukasi tentang keterampilan online sehingga OYPMK tidak perlu malu ataupun khawatir kalau harus bertemu dengan orang lain.
Mengingat dampak kusta bisa mengakibatkan disabilitas, maka pemerintah berupaya memudahkan dalam penerimaan karyawan berdasarkan kemampuan bukan kondisi fisik yang cacat. Seperti yang sudah dilakukan perusahaan jawa pos di Kabupaten Bone dalam merekrut pekerja jasa seperti editor, penerjemah, layouter dsb. Hal ini bisa menjadi contoh bagi kota-kota lain.
Penyebabnya berarti lingkungan yg kurang bersih ya mba. Dulu akupun langsung seram tiap denger kata kusta. Langsung kepikiran penyakit yg ga akan bisa sembuh, menular banget dan serem aja ngeliat bagian2 bdn penderita kusta ada yg lepas.
BalasHapusTapi sbnrnya kalo mau ditelaah lagi, penderita kusta ga semenyerankan itu. Yang paking penting mereka bisa sembuh kalo diobati secara cepat. Ini sih yg belum banyak orang tau, makanya msh banyak prasangka ttg kusta.