Awal Mengenal IIDN
Sebagai ibu rumah tangga dengan 3 orang anak, kesibukanku tak lepas dari dapur, sumur dan kasur. Bagaimana tidak, anak-anak masih kecil dan butuh ibunya 24 jam. Otomatis saya jarang keluar rumah sekedar me time, apalagi ikut berbagai kegiatan. Untungnya saya suka menulis dan membaca, hingga me time ala saya pas anak-anak sudah tidur adalah menulis. Saya masih ingat waktu itu pertama kali menemukan Komunitas Penulis di grup Ibu-ibu Doyan Nulis di Facebook. Saya pun tertarik dan ikut bergabung di grup Facebook Ibu-ibu Doyan Nulis. Pikir saya, ini grup unik dan sesuai banget dengan ibu-ibu, demi membaca nama grupnya yang mengerti dunia emak-emak. Sedari para ibu adalah sosok perempuan yang konon harus mengeluarkan 20 rb kata dalam sehari agar tetap waras. Nah, menurut saya menulis adalah salah satu cara tepat untuk menyalurkan 20 rb kata itu😂
Komunitas ini sendiri didirikan di Bandung oleh Indari Mastuti pada bulan Mei 2010. Dimana IIDN menjadi wadah para penulis perempuan di Indonesia.
Menulis pun menjadi lebih bersemangat karena bertemu dengan ibu-ibu yang memiliki hobi sama di bidang literasi. Apalagi IIDN sering mengadakan penulisan buku bersama yang disebut buku antologi. Jadi buku antologi itu adalah buku yang ditulis banyak penulis dengan satu tema.
Buku antologiku bersama IIDN
Maju Bersama IIDN
Saya ingat betapa senangnya ketika pertama kali ikut berkontribusi dalam buku antologi yang terbit bersama IIDN berjudul 'Keajaiban Rezeki', dengan nama saya tercantum sebagai salah satu penulisnya. Sekilas isi tulisan saya bercerita tentang rezeki tak terduga yang datang sehabis mengalami musibah kecelakaan. Lalu berlanjut dengan buku antologi kedua yang berjudul 'Nikmatnya Syukur' yang mengisahkan masa kelam ketika saya depresi dan berhasil bangkit untuk kembali menulis. Setelah itu, kemampuan menulis saya pun makin terasah berkat IIDN.
Buku-buku soloku yang terbit mayor
Ada pengalaman berkesan yang tak terlupakan bersama Komunitas IIDN. Waktu itu sekitar tahun 2011 saya tengah depresi dan menuju pemulihan. Kemudian Mbak Indari Mastuti pendiri IIDN, mengajak kami anggotanya untuk mengunjungi almarhum pepeng yang sudah lama mengidap penyakit langka, hingga tubuhnya terus terbaring di tempat tidur. Namun semangat hidupnya tetap menyala. Bahkan almarhum masih bisa bercanda dengan mengatakan "Unik juga yah nama komunitasnya ibu-ibu doyan nulis. Coba ayah-ayah doyan nulis, kan gak ada" Dari situlah saya semakin terpacu untuk segera bangkit dari keterpurukan akibat depresi.
Saya pun kembali aktif berkarya, hingga menang di berbagai lomba menulis.
Kemudian meningkat lagi dengan menjadi guru ekstra kurikuler menulis di SDIT di Bekasi dan mengisi pelatihan menulis offline dan online.
Mengisi Pelatihan Menulis di UI
Terima kasih IIDN, kini saya sudah berhasil menulis buku saya sendiri, hingga terbitlah beberapa buku solo di penerbit mayor. Semoga saya akan terus penuh semangat untuk memajukan literasi seperti IIDN.
Oh ya, kini IIDN sudah memiliki 21 ribu member yang tersebar di seluruh Indonesia serta di beberapa tempat di luar Indonesia dan memiliki korwil aktif di beberapa kota besar Indonesia.
Komunitas IIDN memiliki banyak program rutin berbasis Facebook grup di mana di dalamnya dilakukan berbagai bentuk diskusi dan aktivitas kepenulisan dalam kemasan: #SeninSemangat, #SelasaBlog. #RabuBuku, #KamisKuis, #JumatFIKSI dan #SabtuPUEBI
Selain itu, IIDN juga memfasilitasi penulisan dan penerbitan buku anggota, serta memfasilitasi penulisan, penerbitan dan pemasaran buku antologi anggota secara indie bekerjasama dengan berbagai penerbit indie. Bekerjasama dengan pihak-pihak di luar IIDN dalam penulisan buku, kampanye digital atau hal-hal lain yang terkait penulisan
Selamat ulang tahun yang kedua belas buat IIDN. Semoga terus maju agar bisa memotivasi para ibu untuk terus menulis dan membangun literasi di Indonesia dan dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar