Baru-baru ini kita kembali dikejutkan oleh berita artis terkenal yang mendapatkan kdrt dari suaminya. Padahal selama ini hubungan pernikahan mereka terlihat romantis dan harmonis. Kok bisa? Lebih tepatnya lagi, kok Bisa Pasangan Melakukan Kdrt? Berikut menurut psikiater Siloam hospital Bogor Dr. Jiemi Ardan dan ilmu yang saya dapatkan dari beberapa artikel seputar kdrt.
Anak bayi suka memukul, marah, melempar barang, menggigit itu wajar karena ia masih kecil. Itu karena otak bagian inhibisi yaitu otak yang mampu menahan diri dan mempertimbangkan resiko tidak aktif. Jadi hanya otak emosional dan instingnya saja yang masih berkembang. Namun kok bisa itu terjadi pada orang dewasa ketika emosi? Hingga melakukan kdrt. Inilah resikonya ketika kemampuan menahan diri dan mempertimbangkan resikonya tidak dilatih sejak kecil. Maka seseorang ketika dewasa tidak bisa mempertimbangkan resiko ketika emosional dan cenderung tidak bisa menahan diri ketika sedang emosional. Dimulai dari otak bayi yang mungkin kurang berkembang secara sempurna. Atau mungkin juga dia tidak kenal emosinya. Atau otak emosinya sudah matang sementara bagian inhibisinya tidak aktif, jadi tidak bisa menahan diri. Hal ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
Pola asuh
Tumbuh kembang
Genetik
Dll
Sehingga tidak mengerti tindakannya bisa menyakiti orang lain. Sama seperti anak bayi yang tidak mengerti kalau dia sedang menggigit atau memukul kita. Jangan -jangan seseorang ketika memukul pasangannya ia tidak mengerti kalau tindakannya itu akan menyakiti pasangannya. Walau setelah itu ia sadar lalu meminta maaf, tapi kan sudah terlambat. Kesimpulannya banyak alasan seseorang melakukan kekerasan, tapi tidak dibenarkan untuk melakukan kekerasan.
Bentuk-bentuk kdrt
1. Kekerasan fisik seperti memukul, mencekik dan melukai fisik
2. Kekerasan psikis seperti
3. Kekerasan verbal seperti adanya cacian, hinaan, serta merendahkan pasangan.
4. Kekerasan seksual yaitu memaksa pasangan berhubungan intim misalnya ketika dia sakit, sedang haid, dan menyiksa pasangan ketika berhubungan.
5. Kekerasan finansial contohnya pelit terhadap pasangan padahal mampu, meremehkan pasangan yang tidak bekerja (ini berlaku untuk suami dan istri), merasa berkuasa karena hanya dia yang bekerja dan sebagainya.
Penyebab seseorang melakukan kdrt karena adanya kemarahan yang menjadi puncak emosi seseorang yang nampak atau bisa saja lebih banyak emosi yang tidak nampak seperti rasa frustasi, malu, takut dan terluka.
Mengapa sulit lepas dari pasangan kdrt. Hal ini sering dipertanyakan, kenapa sih tidak bisa lepas atau bercerai saja dari pasangan yang sudah melakukan kekerasan? Ternyata adanya fase honeymoon yang membuat korban meyakini pelaku kekerasan akan berubah. Contohnya meminta maaf dan kembali mesra lagi setelah melakukan pemukulan. Belum lagi persoalan finansial atau adanya ancaman-ancaman yang membuat korban merasa jika keluar dari hubungan abusive ini kondisinya semakin berbahaya, jelas dr jiemi ardan.
Menurut dr Jiemi Ardan, Tanda-tanda kamu harus lepas dari kdrt yaitu adanya 3 kondisi
1. Distress, artinya kondisi psikis kamu terganggu akibat kekerasan yang dilakukan pelaku.
2. Disability, yaitu ketika secara fisik kamu sudah tidak bisa berbuat apa-apa.
3. Danger, adalah kondisi paling berbahaya dimana tindak KDRT sudah mengancam keselamatan nyawa.
Kesimpulannya semua pilihan tergantung ditanganmu apakah tetap bertahan atau bercerai dan mencari pertolongan.