"Tidak usahlah imunisasi, nanti efeknya bisa demam tinggi bahkan bisa cacat."
Cerita yang menakutkan seperti ini banyak beredar di masyarakat. Tak sampai disitu, bahkan beredar cerita horor lainnya kalau imunisasi tidaklah aman dan anak jadi autisme dan sebagainya.
Cerita horor yang berkembang ini membuat orang-orang jadi takut untuk imunisasi. Padahal semua cerita ini hanyalah mitos dan akan berakibat lebih horor lagi bila tidak imunisasi.
Dampak horornya yaitu :
Berisiko terkena penyakit berat seperti kanker, polio, bahkan cacat sebab vaksin yang disuntikkan bekerja merangsang pertahanan alami tubuh untuk membangun perlindungan. Ketika mendapatkan vaksin, sistem kekebalan kita akan merespons dengan cara mengenali kuman yang menyerang, seperti virus atau bakteri.
Menurunnya sistem kekebalan tubuh, karena vaksin menghasilkan antibodi. Antibodi adalah protein yang diproduksi secara alami oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan penyakit.
Berikut Fakta Untuk Mematahkan Mitos Horor Imunisasi yang Beredar :
Anak akan mengalami demam tinggi setelah diimunisasi.
Penjelasannya demam adalah sebagai bentuk reaksi pertahanan tubuh terhadap imunisasi yang diterima anak. Kalau sampai demam, hanya ringan saja, bergantung pada kondisi tubuh anak.
2. Vaksin menyebabkan anak menjadi autisme.
Penjelasannya vaksin yang digunakan telah teruji oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan, dan sudah direkomendasikan NITAG serta lulus prakualifikasi WHO. Jadi sampai saat ini belum terbukti adanya kaitan imunisasi dengan autisme.
3. Vaksin imunisasi membahayakan kesehatan.
Penjelasannya vaksin mengandung antigen yang mampu merangsang pembentukan antibodi tanpa beberapa bahan yang dapat terhindar dari dampak terpapar penyakit. Selain itu vaksin imunisasi mengandung antibiotik, yang bertugas mencegah terjadinya kontaminasi bakteri saat produksi vaksin. Namun antibiotik yang digunakan dalam kadar yang sangat rendah, contohnya neomycin.
4. Satu mitos lagi yang diyakini bahwa anak tidak perlu mendapatkan vaksin imunisasi, sebab ASI sudah menggantikan peran vaksin.
Penjelasannya pemberian ASI secara eksklusif, disertai gizi yang cukup dan berimbang, memberikan anak perlindungan terhadap penyakit secara umum. Sementara itu, perlindungan terhadap penyakit yang bisa dicegah oleh vaksin didapatkan secara spesifik melalui pemberian imunisasi lengkap. Jadi ASI dan vaksin saling melengkapi dalam membangun kekebalan tubuh bayi dan anak.
Kesimpulannya setiap anak berhak mendapatkan imunisasi sebab dapat melindungi diri anak sendiri dan untuk melindungi orang-orang di sekitar anak kita. Untuk itu bila ada orang dewasa melarang dan mencegah anak mendapatkan imunisasi, maka itu adalah sebuah pelanggaran. Apalagi sarana untuk mendapatkan imunisasi sudah dipermudah dan gratis lagi lewat puskesmas, bidan dan klinik.